Kesempurnaan iman dari ucapan
╔✧ ﷽ ⃝❥❥═══════════╗
𝑨𝒔𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎𝒖'𝒂𝒍𝒂𝒊𝒌𝒖𝒎 𝑾𝒂𝒓𝒂𝒉𝒎𝒂𝒕𝒖𝒍𝒍𝒂𝒉𝒊 𝑾𝒂𝒃𝒂𝒓𝒐𝒌𝒂𝒕𝒖𝒉
╚═══════════✧ ︎﷽ ⃝❥❥╝
❝𝐊𝐄𝐒𝐄𝐌𝐏𝐔𝐑𝐍𝐀𝐀𝐍 𝐈𝐌𝐀𝐍 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐔𝐂𝐀𝐏𝐀𝐍❞
Kesempurnaan agama seseorang bukan dilihat dari seberapa panjang janggutnya, seberapa cingkarang celananya, seberapa banyak sholat dan puasanya, Tapi dilihat dari seberapa mampu dia meninggalkan perkara-perkara yang tidak penting bagi hidupnya. Sebagimana hadis Rosulullah saw.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya).
Diantara perkara perkara sia-sia yang sering sekali kita lakukan adalah memberbicarakan hal-hal yang tidak penting bahkan tidak ada gunanya, mungkin menurut kita hal itu tidak ada apa-apanya tapi ternyata hal itu sangatlah berpengaruh kepada kondisi hati dan jiwa kita, karena orang yang banyak diam jarang ada salahnya bahkan semakin banyak kita berbicara, semakin banyak salah dan kekurangan kita yang nampak, karena apa yang ada pada seseorang bisa di lihat dari ucapannya bukan dari penampilannya, namun ucapan yang baik akan menjadi sempurna apabila di iringi dengan perbuatan yang baik, untuk membuktikan apa yang telah kita ungkapkan. Ibnu al-Muqoffa dalam kitabnya Al-adabus shogir wal adabul kabir mengatakan :
لايتم حسن الكلام إلا بجسن العمل، كالمريض الذي
قد علم دواء نفسه، فإذا هو لم يتداوَ به لم يغنه علمه
'' Baiknya ucapan menjadi tidak sempurna kalau tidak diiringi dengan baiknya perbuatan, sebagaimana orang sakit yang mengetahui obat dari penyakit yang dideritanya, namun tidak mau berobat dengan obat tersebut, maka tidak ada guna ilmu yang dimilikinya.''
Ungkapan beliau ini bisa di analogikan dengan seorang penjual obat gatal yang ada di pinggir pasar, bayangkan saja oratornya saja bisa menggetarkan seisi pasar " obat gatal murah dan berkhasiat sekali gosok langsung sembuh ''
Tapi ternya di tangan nya sendiri penuh dengan kudis. Atau seorang guru yang menyuruh muridnya untuk rajin belajar tapi si guru sendiri penyampaiannya setiaphari itu-itu saja tampa ada perubahan, akhirnya wawasan si murit tidak ada perkembangan. bagaimana akan ada perubahan sedangka si guru sendiri lupa untuk mengisi dirinya dengan belajar.
Berbicara itu penting tapi memikirkan apa yang akan kita bicarakan itu jauh lebih penting, karena orang yang berilmu itu pasti berpikir dulu sebelum dia akan membicarakan sesuatu, apakah yang akan dia bicarakan itu hal penting atau tidak, bahkan itulah bedanya antara orang berilmu dengan orang yang tidak ber ilmu, kalau orang yang berilmu bicara yang penting, tapi kalau orang yang tidak bar ilmu yang penting bicara, orang berilmu berfikir dulu baru bicara, kalau yang tidak berilmu bicara dulu baru berfikir, itulah yang membedaka.
Sayyidina Umar bin Al-Khaththab Al-Qurasyiy Al-'Adawiy radhiyallahu anhu berkata,
من كثر كلامه كثر سقطه ومن كثر سقطه قل حياؤه ومن قل حياؤه قل ورعه ومن قل ورعه مات قلبه
"Barangsiapa banyak berbicara maka pasti ia akan sering tergelincir, barangsiapa sering tergelincir maka sedikitlah rasa malunya, dan barangsiapa sedikit rasa malunya maka sedikit pula rasa wara'nya (menahan diri dari hal yang tidak penting), serta barangsiapa sedikit rasa wara'nya maka sudah tentu hatinya mati."
Maka saking bahayanya ucapan banyak orang yang tergeincir jatuh karenanya, bahkan tampa kita sadari bayak dari ujian yang kita jalani berasal dari apa yang telah kita ucapkan sendiri di waktu yang telah lewat. Seperti apa yang Allah swt kisahkan di dalam Al-Quran tentang Nabi Ibrohim yang Allah swt perintahkan untuk menyembelih anaknya karena ucapan beliau sendiri,
di kisahkan bahwa Nabi Ibrahim diberi banyak cobaan oleh Allah swt namun beliau tetap tabah menjalaninya. Sehingga beliau diberi gelar kehormatan "Khalilullah" (kekasih Allah). Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada para malaikat untuk memberikan kekayaan berupa 1.000 domba, 300 lembu, dan 100 unta sebagai bentuk ujian keimanan Nabi Ibrahim. Nyatanya, harta itu tak membuat beliau menjadi tinggi hati.
Suatu ketika ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Ibrahim, milik siapa ternak yang sebanyak ini?. Nabi Ibrahim menjawabnya dengan penuh keyakinan. "Kepunyaan Allah swt, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga," jawab Nabi Ibrahim AS.
Pernyataan tersebut menjadi awal ujian baru bagi Nabi Ibrahim. Allah memberinya mimpi haq, berisi perintah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS yang berusia 7 tahun. Nabi Ibrahim diminta untuk menyembelihnya dengan tangannya sendiri.
Ujian inilah yang di maksud oleh Allah swt di dalam Al-Quran surah Al-Baqoroh ayat 124.
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًاۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ ١٢٤
Artinya.''(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Oleh karena itu penting sekali kita memikirkan dulu apa yang akan kita ucapkan agar kita tidak menyesal di waktu yang akan datang ketika apa yang telah kita ucapkan ternyata menjadi ujian kita sendiri. Maka saat ini kalau kita merasakan hal itu maka kehati hatian untuk berucap perlu kita tingkatkan adapun mampu atau tidak nya kita untuk menjalaninya kita serahkan kepada Allah swt, ya namanya juga belajar untuk diam. Mari kita belajar untuk diam agar ucapan kita semakin berharga dan bermakna. Sebuah ungkapan mmengatakan :
تعلم الصمت كما تتعلم الكلام، فإن يكن الكلام
يهديك، فإن الصمت يقيك، ولك في الصمت خصلتان : تأخذ به علم من هو أعلم منك، وتدفع به عنك من هو أجدل منك.
Belajarlah diam seperti engkau belajar bicara, karena jika bicara tidak membimbingmu, maka sesungguhnya diam akan menjaga dirimu, dan dengan diam engkau akan mendapatkan dua hal; dengannya engkau bisa mengambil 'ilmu dari orang yg lebih berilmu darimu, dan dengannya engkau bisa menolak keburukan orang yang lebih pintar debat dari dirimu.
Diam itu bagaikan perisai dan perhiasan, perisai bagi orang bodoh agar kebodohannya tidak terlalu nampak, dan perhiasan bagi orang yang berilmu agar suarnya lebih bermakna.
Sokrates mengatakan : "Pahami dulu baru menjawab. Pikirlah dulu baru berkata. Dengarlah dulu baru beri penilaian. Bekerjalah dulu baru berharap."
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيِّدِنَا مُحمَّـــدْ ﷺ
Komentar
Posting Komentar