Mengapa terkadang banyak diantara kita merasa tidak bahagia hatinya

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته. 


*Mengapa terkadang banyak diantara kita merasa tidak bahagia hatinya*?


Ya, karena memandang kebahagiaan dengan sudut pandang orang lain. Realitanya, ada seorang ibu yang tetap bisa menikmati oase kebahagiaan meski harus bekerja 24 jam mengurus rumah tangga, apa rahasianya? Karena ia memaknai semua yang dilakukannya adalah sebuah ibadah kepada Allah Ta’ala. Mungkin seseorang hidup di desa yang banyak penyakit, dengan kehidupan ekonomi yang tidak cukup baik, namun ia merasa bahagia karena dia merasa semua yang terjadi adalah hal terbaik yang ditetapkan Allah Ta’ala. Ini merupakan bukti keimanannya kepada takdir Allah Ta’ala.


Alhanbali rahimahullah berkata: “Segala sesuatu yang menyakitkan jiwa dan menyusahkannya adalah sebagai penghapus dosa.” 


Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata: “Telah sampai kepada kami bahwa pahala yang paling banyak didapati seorang Muslim dalam catatan amalnya adalah (dari) kesusahan dan kesedihan”.


Dan versi kebahagiaan seorang mukmin adalah standar akhirat. Obsesi akhirat inilah yang membuat seorang mukmin selalu bahagia setiap saat, bukan visi bahagia standar Firaun, Qarun, Hamam, dan lain-lain, yang paradoks dengan level kebahagiaan hakiki yang dikehendaki Allah Ta’ala dan Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. 


Berikut ini ada tiga kiat agar hati selalu bahagia dunia dan akhirat,


1. *Ridha dengan takdir Allah SWT*


Mengimani bahwa segala yang terjadi baik suka maupun duka adalah takdir Allah SWT yang tidak akan luput dan tidak bisa dihindari. Semua yang terjadi tidak lepas dari ilmu Allah SWT, Allah Maha berbuat menurut pilihan dan kehendak-Nya.


Asy Syaikh Muhammad Ali Adam Al Ityubi berkata: “Yang terbaik untuk kita ialah pada yang Allah tetapkan bukan pada yang kita inginkan. Meski tentunya, bisa saja yang kita inginkan itu juga yang Allah tetapkan. tapi ingat, saat yang Allah tetapkan untuk kita berbeda dengan yang kita inginkan. itu bukan karena Allah semata ingin menggagalkannya. Tapi karena Allah tahu bahwa yang terbaik untuk kita bukan pada ada sesuatu yang kita inginkan itu, tapi pada hal yang Dia tetapkan. Sesungguhnya Allah ialah Yang membagikan rezeki dan penghidupan sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Tidak layak seorang hamba melihat pada orang lain. Sebab akan membuatnya menganggap remeh rezeki yang sudah Allah berikan kepadanya berdasarkan hikmah dan hukum-Nya.”.


Subhanallah… dengan senantiasa belajar dan memahami sifat-sifat indah dan mulia dari Allah SWT, percaya kita selalu bahagia dan mampu menjalani hidup dengan keyakinan bahwa semua ini telah ditentukan Allah Ta’ala.


2. *Selalu Bersyukur dan Bersabar*

Ikrimah rahimahullah berkata: “Tidaklah ada seorang pun ia pasti merasakan suka dan juga duka. Oleh karena itu jadikanlah suka itu syukur dan duka itu sabar.” 


Dari Abu Yahya Shuhaib Bin Sinan radhiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ


Artinya; “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin, yaitu Jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. dan jika ia mendapat kesusahan ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (HR. Muslim).


Kebahagiaan itu akan dinikmati seorang mukmin ketika ia mampu hidup optimis dalam suka maupun duka, dalam lapang maupun sempit. Karena semua itu jika tidak disyukuri, hati akan terasa sempit. Alangkah mulia akhlak seorang mukmin tatkala ia bisa menyembunyikan kesusahannya dan mampu tegar serta bersikap wajar tatkala diberi nikmat dan selalu berbaik sangka pada Allah SWT.


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ

Artinya; “Siapa yang menampakan kecukupan, niscaya Allah akan membuatnya kaya” (HR. Bukhari dan Muslim).


Kita tetap bisa bahagia meski dalam segala keterbatasan hidup, pola pikir islami inilah yang membuat mukmin tak pernah stres dan depresi. Hati lapang dada, tidak hasad, dan tetap semangat karena segala yang ditentukan Allah Ta’ala baik untuk hamba-Nya.


3. *Memiliki Teman Sholeh*

Teman yang sholeh yang mengajak pada ketaatan adalah anugerah istimewa yang membahagiakan. Sahabat yang selalu memberi rasa nyaman, memotivasi beramal sholeh, dan selalu mencintainya, selalu bertanya tentang kabarmu, tidak bosan denganmu, memaafkan, menasehatimu ketika bersalah dan menyertakanmu dalam doa-doanya.


Ubaidillah bin Al Hasan rahimahullah pernah berpesan kepada seseorang, “Wahai Fulan, Perbanyaklah teman-teman (yang sholeh). Dikarenakan paling tidak hal terkecil yang bisa kamu dapatkan ketika kabar kematianmu sampai kepadanya ia akan mendoakan kebaikan untukmu.” 


Teman shaleh bisa mengantarkan kita untuk kebahagiaan dunia akhirat. Membuat tensi iman memuncak, karena itu perbanyaklah teman sholeh sehingga Anda bahagia.


Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Jika engkau memiliki teman yang membantu melaksanakan ketaatan kepada Allah, maka genggamlah ia erat-erat karena sesungguhnya mencari teman yang sholeh itu susah, namun melepaskannya mudah.” (Hilyatul Auliya’).


Ya Allah kami memohon taufik dan hidayah MU, Ya Allah ampunilah segala dosa-dosa kami dan terimalah segala amal ibadah kami. Aamiin 


اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEHIDUPAN SELALU BERPUTAR

Kesempurnaan iman dari ucapan

Talqinkanlah orang yang sakaratulmaut diantara kamu dengan ucapan لا اله الا الله